Muhasabah dan Rukun-rukunnya

Tanggal: Kamis / 01 Februari 2024
muhasabah-dan-rukunrukunnya

Muhasabah dan Rukun - rukunnya

 

Perjalanan menuju Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah perjalanan yang panjang. Perjalanan yang butuh perjuangan karena dipenuhi dengan godaan syahwat maupun syubhat.

 

Untuk lancarnya seseorang berjalan menuju Allah Subhanahu wa ta'ala dalam rangka meraih RidhoNya dan menggapai surgaNya dibutuhkan sifat yang mulia dan agung. Dibutuhkan amalan-amalan yang bisa senantiasa menjaga dirinya untuk selalu kokoh berjalan di atas jalan yang lurus. salah satu amalan untuk itu semua adalah Muhasabah ( intropeksi diri)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

 

{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ }
[Surat Al-Hasyr: 18]

 

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan hamba untuk dia melihat apa yang sudah dia siapkan untuk hari esok atau akhirat, Ini mengandung makna muhasabah, yaitu dia melihat apakah yang dia siapkan sudah cocok untuk dia bertemu Allah dengannya ataukah belum. Umar Bin Khattab radhiyallahu Anhu juga berkata

 

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوا أنفسكم قبل أن توزنوا، وتزينوا للعرض الأكبر (يومئذ تعرضون لا تخفى منكم خافية) الحاقة ١٨

 

Muhasabahlah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan timbang-timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan berhiaslah untuk hari hisab yang besar. Pada hari itu kalian dihadapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan tidak ada sesuatupun dari kalian yang tersembunyi bagi Allah Subhanahu wa ta'ala.

 

Untuk melakukan Muhasabah membutuhkan usaha perjuangan yang tidak mudah dia harus melakukan rukun-rukun dari Muhasabah sebagai berikut.

 

Tiga rukun Muhasabah

Rukun Pertama
Membandingkan antara nikmat Allah dengan ketaatan kita

 

Imam Ibnu qayyim Beliau berkata :


تقايس بين ما من الله وما منك، فحينئذ يظهر لك التفاوت، وتعلم ليس إلا عفوه ورحمته أو الهلاك والعطب.

Engkau bandingkan apa yang telah Allah berikan untukmu dan apa yang telah kamu lakukan untuk Allah, maka saat itu akan nampak jelas bagimu perbedaan yang sangat besar dan engkau akan tahu Seandainya bukan karena ampunanNya dan rahmatNya maka pasti kebinasaan yang akan didapatkan.

 

Untuk bisa melakukan rukun pertama ini seseorang harus memiliki 3 hal


A. Cahaya hikmah
Yaitu ilmu untuk membedakan mana yang Haq mana yang batil. Imam Ibnul Qayyim berkata:

كلما كان حظه من هذا النور أقوى، كان حظه من المحاسبة أكمل وأتم


Semakin kuat cahaya hikmah ini dimiliki oleh seseorang maka muhasabahnya akan semakin sempurna.

 

B. Prasangka buruk pada diri sendiri
Orang yang sudah merasa suci dan berbaik sangka pada dirinya sendiri maka akan sulit untuk muhasabah. Imam Ibnu Qoyim berkata :


لأن حسن الظن بالنفس يمنع من كمال التفتيش، ويلبس عليه، فيرى المساوئ محاسن، والعيوب كمالا، فإن المحب يرى مساوئ محبوبه وعيوبه كذلك

 

Karena sesungguhnya berprasangka baik kepada diri sendiri akan menghalangi dari kesempurnaan koreksi diri, menjadikannya bimbang, sehingga dia melihat keburukannya sebagai kebaikan dan dia melihat aibnya sebagai kesempurnaan. Karena orang yang sudah suka akan melihat keburukan dari orang yang dia sukai sebagai kebaikan. Seorang penyair berkata :

 

فعين الرضى عن كل عيب كليلة. كما أن عين السخت تبدي المساويا


Pandangan suka akan menutupi segala aib sebagaimana pandangan kebencian akan menampakkan segala keburukan.

 

C. Membedakan antara nikmat ataukah ujian
Nikmat yang diterima apakah itu hakikatnya nikmat ataukah ujian dan bahkan istidroj, Imam Ibnul qayyim berkata :


فكم من مستدرج بالنعم وهو لا يشعر، مفتون بثناء الجهال عليه، مغرور بقضاء الله حوائجه وستره عليه! وأكثر الخلق عندهم أن هذه الثلاثة علامة السعادة والنجاح، ذلك مبلغهم من العلم


Berapa banyak orang yang Allah berikan istidraj untuknya sedangkan dia tidak merasa. (yaitu sengaja Allah biarkan dia berada dalam kesesatan dengan tetap Allah berikan nikmat-nikmat kepadanya). Dia terfitnah dengan pujian orang-orang yang bodoh kepadanya. Tertipu dengan hajat-hajat dan kebutuhannya yang ditunaikan oleh Allah. Terperdaya dengan aib-aibnya yang Allah tutupi. Dan bahkan Kebanyakan orang menganggap tiga hal ini (nikmat, pujian orang dan ditunaikan hajatnya) sebagai tanda kebahagiaan dan kesuksesan dan memang hanya sampai segitulah ilmu mereka.

 

Rukun Kedua
Memahami apa yang menjadi kewajibannya dan apa yang menjadi haknya

Jika orang tidak memahami ini maka akan terjadi seperti yang disampaikan oleh imam Ibnu qoyyim


فيتعبد بترك ما له فعله كترك كثير من المباحات ويظن ذلك حقا عليه، أو يتعبد بفعل ما له تركه ويظن ذلك حقا عليه


Maka dia beribadah dengan meninggalkan sesuatu yang sebenarnya dibolehkan untuknya, seperti meninggalkan perkara-perkara yang mubah dan dia mengira itu sebuah keharusan yang harus dia lakukan. Atau dia beribadah dengan melakukan sesuatu yang sebenarnya boleh dia tinggalkan, itu karena dia mengira perbuatan tadi sebuah keharusan untuknya.

 

Contoh jenis yang pertama : meninggalkan menikah, tidak mau makan daging atau buahan, tidak memakai baju yang bagus dan mengira dengan meninggalkan itu menjadi sebuah kebaikan untuknya.

Contoh jenis yang kedua seperti orang yang melakukan berbagai kebid'ahan yang dianggap baik padahal seharusnya ditinggalkan.

 

Rukun ketiga
Memahami bahwa setiap ketaatan yang dia lakukan dan dia puas dengan amalnya itu maka itu keburukan untuk nya, dan setiap celaan kepada orang lain karena sebuah kemaksiatan maka kemaksiatan itu akan menimpanya.

 

Maka apabila seseorang beribadah kemudian setelah beribadah dia merasa puas atau bahkan bangga dengan ibadahnya itu, maka yakinlan bahwa ibadah itu tidak maksimal atau bahkan bisa jadi tidak diterima oleh Allah.

 

Demikian dalam hal kemaksiatan, barang siapa yang mencela saudaranya karena sebuah kemaksiatan yang dia tergelincir padanya maka bisa jadi suatu saat dia sendiri juga akan melakukan maksiat yang sama.

 

Sebagian ahli hikmah berkata:

 

متى رضيت نفسك وعملك لله، فاعلم أنه غير راض به


Saat kamu puas dengan dirimu dan amalmu maka ketahuilah itu tanda bahwa Allah tidak puas dengan dirimu dan amalmu itu.

 

وروي عن النبي صلى الله عليه وسلم : من عير أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله (الترمذي: ٢٥٠٥)

 

Diriwayatkan dari nabi Shallallahu Alaihi Wasallam : barangsiapa yang mencela saudaranya karena sebuah dosa, dia tidak akan mati sebelum melakukan dosa yang sama. Hadis riwayat Tirmidzi 2505.

 

Demikianlah tiga rukun Muhasabah semoga kita dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk senantiasa bermuhasabah sehingga kita bisa senantiasa istikamah berjalan di atas jalan yang lurus menuju Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

 

Materi ini saya ringkas dari kitab madarijus salikin Imam Ibnu qayyim Al jauziyah.

Gunung Kidul 18 Desember 2023
Abu Auf Agus Eko